Senin, 25 Mei 2015





Masalah Banjir di Indonesia

Kita sering kali mendengar kata banjir di DKI Jakarta maupun sekitarnya. di luar wilayah DKI Jakarta pun sering kali terjadi beberapa tahun silam. Kurangnya kesadaran masyarakat yang menyebabkan terjadinya banjir, nyatanya kita masih sering menemui masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat.

Banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan yang menyebabkan tersumbatnya aliran air. Selain  itu, curah hujan yang cukup tinggi juga mengakibatkan banjir seperti yang terjadi pada tahun 2013 lalu. Tercatat rekor curah hujan yang mencapai 250-300 mm, melebihi kondisi Banjir 2002 yang mencapai 200 mm, namun masih di bawah kondisi BAnjir 2007 yang mencapai 340 mm.

sumber :  https://youtu.be/hqdRxpg3ChQ


Kerusakan tanggul juga menyebabkan terjadinya banjir. Sejak akhir tahun, telah terjadi beberapa kerusakan tanggul, dimulai dari tanggul di KAli Adem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, pada tanggal 13 Desember 2012. Kerusakan tanggul ini menyebabkan 500 rumah warga terendam air laut, serta dua warga hanyut. Akhirnya ratusan gubuk liar dibongkar untuk mempermudah masuknya alat berat guna memperbaiki tanggul. Lurah Pluit menjelaskan hempasan air laut pasang yang menggerus tanggul yang menyebabkan kerusakan ini.
 sumber : https://www.google.co.id/search?biw=1920&bih=969&noj=1&tbm=isch&sa=1&q=tanggul+jebol&oq=tanggul+jebol



Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

"Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya." (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)

Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya. Bagi orang-orang yang berkompeten tehadap bidang akan menyadari bahwa dunia kita sampai saat ini mengalami "sakit". Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.

Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.
 
Masalah kedua adalah sistem yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalo menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik Amerika Latin) adalah gaya bank. Dari sistem ini sangat tidak membebaskan pendidik karena pendidik dianggap manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi arahan  kepada murid untuk menghafal secara mekanis tentang pelajaran yang diceritakan. Jadi hubungannya adalah guru sebagai objek dan murid sebagai objek. model ini tidak membebaskan karena menindas para muridnya. 
sumber : https://www.google.co.id/search?q=masalah+pendidikan+di+indonesia

Selain itu pendidikan-pendikan di Indonesia sering kali terjadi masalah di daerah pedalaman. sering kali kita temukan untuk sekolah-sekolah di daerah pedalaman banyak yang bangunannya rusak. Peminat guru-guru untuk mengajar di daerah pedalaman sangatlah sedikit yang menjadikan murid-murid di daerah pedalaman mengalami hambatan dalam menuntut ilmu. Padahal kita memiliki tujuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang salah satunya adalah "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia ikut serta dalam melakukan tujuan tersebut demi kepentingan bersama. Dengan itu solusi dalam pemecahan masalah ini yaitu        :
1. Membangun gedung-gedung sekolah yang layak dan ruang kelas
2. Penyempurnaan kurikulum
3. Penyempurnaan sarana belajar dan buku paket
4. Meningkatkan peminat guru-guru untuk memberikan ajaran di daerah pedalaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
  1. Perkembangan iptek dan seni.
  2. Laju pertumbuhan penduduk.
  3. Aspirasi masyarakat.
  4. Keterbelakang budaya dan sarana kehidupan.

Senin, 18 Mei 2015

Masalah Kependudukan di Indonesia


Jalan Raya, salah satu faktor penyebab kemacetan. Kemacetan lalu lintas merupakan hal yang saat ini sudah terbiasa dialami oleh pengguna jalan raya. Terkadang tidak macet menjadi kondisi yang aneh. Kemacetan bukan lagi hanya masalah bagi warga di ibukota, tetapi juga menjadi masalah bagi masyarakat yang berada di kota – kota kecil seperti kota provinsi. Adapun beberapa faktor penyebab kemacetan yang dikutip dari tulisan dr. Awi Muliadi Wijaya, MKM antara lain disebabkan oleh pengguna jalan, jenis kendaraan, jalan raya itu sendiri, dan beberapa faktor lain.

Pengguna jalan dianggap sebagi salah satu penyebab terjadinya kemacetan karena sifat pengguna jalan yang berbeda-beda. Baik umur, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Contohnya para pemuda remaja kadang-kadang lebih suka melaju kendaraan dengan kecepatan tinggi, kurang berpengalaman dalam mengemudi, tidak mau mematuhi rambu-rambu lalu lintas, dan pelanggaran lainnya yang dapat memicu gangguan pada pengguna jalan lainnya. 
Jenis kendaraan yang terdapat di Indonesia saat ini beragam jenisnya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ekonomi yang memudahkan masyarakat dapat memiliki kendaraan dengan biaya yang relatif kecil. Selain itu pertambahan penduduk yang semakin pesat juga menambah kepadatan lalu lintas. Sehingga terjadi kemacetan.

Jalan raya dikatakan sebagai faktor penyebab kemacetan apabila jalan tersebut tidak memenuhi karakteristis jalan yang seharusnya. Contohnya jalan raya yang perkerasannya terkelupas atau jalan yang rusak sebelum umur jalan yang direncanakan berakhir. Atau perkerasan yang terus digenangi air juga salah satu penyebab kemacetan.

Faktor penyebab kemacetan jalan raya lainnya adalah penggunaan badan jalan sebagai area parkir. Hal ini menjadi saat ini telah menjadi masalah di beberapa kota di Indonesia, seperti kota Jambi, Bandung, dan beberapa kota lainnya.

Untuk menanggulangi hal ini, diperlukan masyarakat yang senang menggunakan kendaraan umum sebagai sarana transportasi. Alternatif ini dapat dicapai apabila pemerintah di tiap daerah mampu menyediakan alat transportasi dengan harga terjangkau, mengutamakan kenyamanan, dan menjangkau semua daerah tujuan penumpang.

sumber :https://www.google.co.id/search?q=masalah+kemacetan+di+indonesia