Senin, 25 Mei 2015




Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

"Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya." (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)

Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya. Bagi orang-orang yang berkompeten tehadap bidang akan menyadari bahwa dunia kita sampai saat ini mengalami "sakit". Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.

Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.
 
Masalah kedua adalah sistem yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalo menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik Amerika Latin) adalah gaya bank. Dari sistem ini sangat tidak membebaskan pendidik karena pendidik dianggap manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi arahan  kepada murid untuk menghafal secara mekanis tentang pelajaran yang diceritakan. Jadi hubungannya adalah guru sebagai objek dan murid sebagai objek. model ini tidak membebaskan karena menindas para muridnya. 
sumber : https://www.google.co.id/search?q=masalah+pendidikan+di+indonesia

Selain itu pendidikan-pendikan di Indonesia sering kali terjadi masalah di daerah pedalaman. sering kali kita temukan untuk sekolah-sekolah di daerah pedalaman banyak yang bangunannya rusak. Peminat guru-guru untuk mengajar di daerah pedalaman sangatlah sedikit yang menjadikan murid-murid di daerah pedalaman mengalami hambatan dalam menuntut ilmu. Padahal kita memiliki tujuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang salah satunya adalah "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia ikut serta dalam melakukan tujuan tersebut demi kepentingan bersama. Dengan itu solusi dalam pemecahan masalah ini yaitu        :
1. Membangun gedung-gedung sekolah yang layak dan ruang kelas
2. Penyempurnaan kurikulum
3. Penyempurnaan sarana belajar dan buku paket
4. Meningkatkan peminat guru-guru untuk memberikan ajaran di daerah pedalaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
  1. Perkembangan iptek dan seni.
  2. Laju pertumbuhan penduduk.
  3. Aspirasi masyarakat.
  4. Keterbelakang budaya dan sarana kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar